Rabu, 05 Februari 2014

PAPER MANAJEMEN PERKEBUNAN

PAPER MANAJEMEN PERKEBUNAN
“ Teknologi Dalam Manajemen Perkebunan Pada Lahan Pertanian ”


Dosen             : Ir.Roberth Siahaan,MSi

Oleh :
Christopher Andriano Sipahutar
11042004
PERTANIAN.jpg









JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS KATOLIK SANTO THOMAS SUMATERA UTARA
MEDAN

2013






BAB I. PENDAHULUAN
Pada awal abad 21 tuntutan konsumen dalam menkonsumsi pangan yang dibeli meningkat pada : keamanan, nilai gizi, cita rasa , dan ketersediaa. Konsumen semakin senang berbelanja di suoermarket yang mempunyai jaminan keamanan pangan yang lebih tinggi dibandingkan pasar tradisional. Produk olahan yang berkualitas juga mulai mudah didapatkan, dan konsumen cenderung beralih dari bahan yang awalnya harus diproses pengolahannya dalam waktu lama menjadi lebih cepat dengan adanya produk olahan yang instan .
Produk-produk olahan dalam negeri sering kalah kualitasnya dengan produk olahan luar negeri (import). Adanya rantai yang panjang dari produsen ke konsumen yang bayak berbelanja di supermarket, maka keuntungan yang diterima petani kurang dari 30 % dari harga di tingkat konsumen. Pasar modern (hypermarket, supermarket, minimarket) mempunyai laju perkembangan yang sangat tinggi di Indonesia. Masyarakat Indonesia cenderung senang berbelanja ke pasar, rata-rata kunjungan ke pasar per bulan paling tinggi jika dibandingkan negara lain.
Pertanian merupakan bidang yang sangat penting untuk menunjang kehidupan umat manusia. Perkembangan pertanian diawali dari perubahan sosial yang terjadi di masyarakat prasejarah, yaitu perubahan dari budaya food gathering (berburu dan meramu) menjadi food producing (bercocok tanam). Sejak periode bercocok tanam tersebut, bidang pertanian selalu mengalami perkembangan sesuai dengan tuntutan zaman. Bahkan sejak revolusi industri di Inggris akhir abad ke-18, industri pertanian, termasuk juga industri pengolahan hasil pertanian dan industri pangan, berkembang dengan pesat.






BAB II. ISI
A). Pengertian Manajemen
          Manajemen adalah kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh sesuatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain
1). Teori Manajemen
Fayol menyatakan bahwa manajemen mempunyai 5 fungsi :
a.   Perencanaan (Planning),
b.  Pengorganisasian (Organizing),
c.  Pemberian komando (Commanding),
d.   Pengkoordinasian (Coordinating,
e.  Pengawasan (Controlling).
B). Manajemen Produksi Dalam Usaha Produksi Pertanian
Usaha produksi pertanian,produksi primer,sangat variatif dan sangat tergantung kepada jenis komoditas yang diusahakan. Namun,pada intinya manajemen produksi pertanian mencapai kegiatan perencanaan,pengawasan,evaluasi dan pengendalian. Ruang lingkup manajemen produksi pertanian tersebut diuraikan dibawah ini.
1). Perencanaan produksi pertanian
Perencanaan merupakan suatu upaya penyusunan program,baik programyangsifatnya umum maupun yang spesifik,baik jangka pendek maupun jangkapanjang.suatu usaha produksi yang baru memerlukan perncanaan yang bersifat umum atau yang sering disebut sebagai pra-perencanaan. Faktor-faktor yang sangat penting dan harus diputuskan dalam pra-perencanaan  ,khususnya subsistem produksi primer/usah tani,adalah pemilihan lokasi produksi dan pertimbangan fasilitas,serta sekala usaha.setelah ketiga hal tersebut diputuskan,maka dibuat rencana yang lebihspesifik menyangkut kebutuhan input-input serta perlengkapan produksi.
1.      Pemilihan komoditas pertanian
Pemilihan komoditas yang akan di usahakan memegang peranan penting dalam keberhasilan usaha produksi pertanian.komoditas yang bernilai ekonomis tinggi akan menjadi prioritas utama, tetapi perlu di pertimbangakan hal-hal yang berhubungan dengan pemasaranya, sebab,mungkin terjadi komoditas ekonomis dalam produksi, tetapi tidak tetap untuk daerah produksi dan wilayah pemasaran yang akan dituju. Komoditas yang telah dipilih selanjutnya ditetapkan jenisnya/varietasnya sesuai dengan kondisi topografi dan iklim lokasi yang direncanakan.
2.      Pemilihan lokasi produksi pertanian dan penempatan fasilitas
Untuk usaha agribisnis bersekala kecil mungkin pemilihan lokasi produksi tidak menjadi suatu prioritas ,karena umumnya produksi di lakukan di daerah domisili para petani. Namun, usaha yang bersekala menengah keatas, seperti perusahaan perkebunan, perternakan, perikanan, dan dikelola oleh perusahaan dengan modal investasi yang berjumlah besar, maka pemiliihan lokasi tersebut akan besar pengaruhnya bagi keberhasilan dan kesinambungan usaha.
Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan lokasi adalah ketersediaan tenaga kerja, ketersediaan prasarana dan sarana fisik penunjang, lokasi pemasaran, dan ketersediaan intensif wilayah. Tingkat upah regional dan peraturan-peraturan ketenagakerjaan didaerah tersebut juga harus menjadi pertimbangan.
Tingkat upah regional sangat berpengaruh kepada biaya tenaga kerja yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Peraturan- peraturan ketenagakerjaan juga berpengaruh kepada kewajiban-kewajiban perusahaan dalam kaitanya dengan pemanfaatan tenaga kerja. Ketersediaan saran dan prasarana fisik penujang,seperti transportasi dan perhubungan, komunikasi, penerangan, serta pengairan/sumber air,sangat penting untuk menjadi pertimbangan dalam keputusan lokasi produksi.sifat-sifat dan karakteristik produk-produk pertanian dan perlengkapan, input-input dan sarana produksinya yang kamba (voluinous) menyebabkan ketersediaan sarana dan prasarana fisik tersebut menjadi sangat penting untuk dipertimbangkan. Produk pertanian yang umumnya tidak tahan lama memerlukan penanganan dan pengangkutan yang cepat menuju ke lokasi konsumen. Begitu juga keberadaan alat komunikasi akan menjadi penting untuk transfer informasi dari lokasi produksi ke lokasi pasar atau sebaliknya.
Pertimbangan lainya adalah lokasi pemasaran. Sebaiknya lokasi produksi dekat dengan lokasi pemasaran, terutama untuk komoditas-komoditas yang tidak tahan lama, seperti produk holtikultura. Walaupun demikian  pada era kemajuan teknologi seperti sekarang ini, jarak antara lokasi produksi dan lokasi pasar tidak menjadi prioritas karena dengan teknologi daya tahan produk dapat diperpanjang dan jarak relatif dapat diperpendek dengan alat-alat pengangkutan yang cepat.
Selanjutnya, intensif wilayah juga merupakan faktor pertimbangan dalam menetapkan keputusan lokasi produksi. Intensif wilayah sangat terkait dengan kebijakan pemerintah daerah yang terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan operasi produksi tersebut. Kebijakan pajak, kebijakan dan peraturan tenaga kerja, kebijakan Investasi, budaya pelayanan publik (demokrasi), dan lain-lain merupkan intensif wilayah yang mempunyai daya tarik bagi investor untuk berusaha di daerah tersebut.
3.      Skala usaha Pertanian
`Skala usaha pertanian sangat terkait dengan ketersediaan input dan pasar. Skala usaha hendaknya diperhitungkan dengan matang sehingga produksi yang dihasilkan tidak mengalami kelebihan pasokan atau kelebihan permintaan. Begitu juga ketersediaan input, seperti modal, kerja, bibit, peralatan, serta fasilitas produksi dan operasi lainya harus diperhitungkan.
Skala usaha yang besar, secara teoretis, akan dapat menghasilkan economics of scale yang tinggi. Namun, kenyataan dilapangan seringkali skala besar menjadi tidak ekonomis yang disebabkan oleh karakteristik produk dan produksi komoditas pertanian yang khas. Oleh karena itu,dalam merencanakan usaha produksi pertanian ,maka keputusan mengenai skala usaha menjadi sangat penting. Karakteristik produk dan produksi komoditas pertanian juga menyebabkan skala usaha kecil kebanyakan dapat mencapai skala ekonomis.
Pada umumnya, tanaman holtikultura dapat diusahakan dalam skala yang kecil dengan tingkat efisiensi yang cukup tinggi. Akan tetapi, komoditas perkebunan, seperti kelapa sawit ,teh, kina, karet, tebu, danlain-lain, akan sangat tidak efisien jika diusahakan dalam skala kecil pada komoditas tersebut, maka dibentuk pola-pola kemitraan ,seperti perkebunan inti rakyat(PIR).
4.      Perencanaan Proses Produksi Pertanian
Setelah menetapkan jenis dan varietas komoditas yang akan diusahakan. Lokasi produksi dan penempatan fasilitas, serta skala usaha yang akan di jalankan, maka mulai merencanakan proses produksi. Khusus dalam pembukaan usaha baru diperlukan perencanaan pengadaan fasilitas dirampungkan, maka dilanjutkan dengan perencanaan proses produksi adalah biaya produksi, penjadwalan proses produksi, dan sumber-sumber input dan sistem pengadaanya.
5.      Biaya produksi pertanian
Perencanaan biaya produksi sangat terkait dengan kemampuan pembiayaan dengan kemampuan pembiayaan yang dimiliki oleh perusahaan, baik bersumber dari modal sendiri maupun dari sumber luar, seperti modal ventura, pembiayaaan melalui kredit, penjualan saham , dan sumber-sumbe rpembiayaan lainya. Perencanaan biaya tersebut juga terkait dengan skala usaha yang optimal dan ekonomis untuk menghasilkan pendapatan usaha yang layak.
6.      Penjadwalan Proses Pertanian
Penjadwalan proses produksi dibuat mulai dari pembukaan lahan sampai kepada pemanenan dan penanganan pasca panen, terutama untuk komoditas yang memiliki gestation period yang relatif pendek, seperti tanaman holtikultura. Namun,  komoditas yang gestation perod nya relatif panjang, seperti tanaman perkebunan, biasanya penjadwalan secara rinci dilakukan secara bertahap, walaupun tetap ada perencanaan jangka panjang yang menyeluruh.
Penjadwalan tanaman holtikultura yang berumur pendek memegang peranan penting sehubungan dengan fluktuasi harga dan permintaan dalam setahun. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan penjadwalan adalah jenis komoditas, kecenderungan permintaan dan fluktuasi harga, gestation period, pola produksi,pembiyaan, dan lain-lain
7.      Perencanaan Pola Produksi pertanian
Perencanaan pola produksi memegang perenan penting dalam penjadwalan, perencanaan tenaga kerja dan input, pembiayaan, proses produksi dan operasi, penanganan pasca panen, serta sistem distribusi dan pemasaran, terutama untuk tanaman holtikultura yang memerlukan penanganan cepat.
Pola produksi dapat dibagi kedalam beberapa bentuk, antara lain berdasarkan:
  1. Jumlah komoditas yaitu komoditas tunggal, komoditas ganda, dan multikomoditas.
  2. Sistem produksi,yaitu pergiliran tanaman dan produksi massa.
8). Perencanaan dan sistem pengadaan input-input dan sarana produksi pertanian
Perencanaan input-input dan sarana produksi mencakup kegiatan mengidentifikasi  input-input dan sarana produksi yang dibutuhkan, baik dari segi jenis, jumlah, mutu ataupun spesifikasinya. Secara umum, input-input dalam manajemen adalah bibit ,pupuk ,obat-obatan, tenaga kerja, dan modal. Dilain pihak, sarana dan prasarana produksi adalah areal tempat produksi, perlengkapan dan peralatan serta bangunan-bangunan pendukung dan teknologi.
Setelah input-input serta sarana dan prasrana produksi di indentifikasi dan dispesifikasi,maka disusun rencana dan sistem pengadaanya. Dua hal mendasar yang perlu menjadi titik perhatian dalam memilih sistem pengadaan adalah membuat sendiri atau membeli. Misalnya,dalam hal pengadaan bibit, apakah memproduksi bibit sendiri ataukah membeli dari sumber-sumber lain. Keputusan memproduksi sendiri atau membeli sangat tergantung pada biaya imbangan antara kedua alternatif tersebut.

C).  Manajemen Produksi Dalam Usaha Pengolahan Hasil Pertanian
Manajemen produksi dalam usaha pengelolahan hasil pertanian (agroindustri) juga memerlukan  penanganan yang lebih serius karena sangat  tergantung  pada ketersediaan masukan,  terutama bahan baku, dan juga ketersediaan masukan, terutamabahan baku, dan juga ketersediaan pasar
  1. Perencanaan Agroindustri
Perencanaan agroindustri dimulai dengan penentuan jenis usaha agroindustri apa yang akan dibuka, setelah itu, dilakukan evaluasi dan penilaian


2.      Pemilihan Teknologi
Dalam  pemilihan  teknologi terdapat beberapa hal yang perlu dinilai dan dievaluasi, seperti kesesuain teknologi yang digunakan untuk menghasilkan produk dengan  kebutuhan pasar produk proses pengadaan  (ketersediaan barangnya, sukucadanganya, biaya pengadaan, dan lain-lain), biaya sosial (lingkungan), kapasitas penggunaan, kemampuan sumber daya manusia dalam pengelolaan dan pengoprasian, fleksibilitas dalam proses, ketersediaan energi, dan lain-lain.
Pemilihan lokasi pabrik atau industri pengolahan perlu mempertimbangkan ketersediaan bahan baku, lokasi dan sumber bahan baku, lokasi pemasaran, sarana dan prasarana fisik (transportasi, distribusi, komunikasi dan energi) ketersediaan tenga kerja, areal pengembangan, dan lain-lain.
Pemilihan lokasi yang tidak  tepat akan menyebabkan pemborosan-pemborsan, seperti biaya pengangkutan dan komunikasi, investasi sarana dan prasarana umum, dan lain-lain. Dengan demikian biaya per unit produksi sangat besar sehingga daya saing produknya kurang.
Fasilitas Persediaan dan Masukan
Perencanaan fasilitas persediaan dan masukan perlu mempertimbangkan fasilitas pergudangan,  pengankutan,  dan  aspek finansialnya  (terutama jika harus menggunakan gudang sewaan dan lain-lain ). Untuk hal ini perlu diperhatikan fasilitas persediaan bahan baku utama yang memerlukan tempat yang besar dengan perlakuan-perlakuan khusus untuk menjamin tingginya mutu bahan baku tersebut.
Pengertian Teknologi Pertanian
Teknologi berasal dari istilah teckne yang berarti seni (art ) atau keterampilan(skill). Menurut  Dictionary of  Science,  teknologi adalah penerapan pengetahuan teoritis pada masalah-masalah praktis. Teknologi mencakup kegiatan produksi, pemakaian dan pemeliharaan piranti kehidupan. Namun, setelah terjadi proses industrialisasi pada abad 18, pengertian teknologi mengalami perubahan yang pokoknya bertitik tolak dari pengertian penerapan ilmu bagi kesejahteraan hidup. 

Teknologi dapat didefinisikan sebagai metode atau teknik untuk mengkonversi input ke output dalam menyelesaikan tugas tertentu. Jadi, ‘metode’ dan ‘teknik’ merujuk tidak hanya untuk pengetahuan tetapi juga keterampilan dan sarana untuk menyelesaikan tugas. Inovasi teknologi, maka, mengacu pada peningkatan pengetahuan, peningkatan keterampilan, atau penemuan alat baru atau yang ditingkatkan yang meluas kemampuan orang untuk mencapai tugas yang diberikan.
Teknologi dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
  • Teknologi sebagai alat
  • Teknologi sebagai teknik
  • Teknlogi sebagai budaya baru
A).  Kegunaan Teknologi Pertanian Bagi Kehidupan
1.      Teknologi sebagai Kegiatan Manusia
Kegiatan manusia yang termasuk pengertian teknologi,  pada pokoknya dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu membuat dan menggunakan. Membuat adalah kegiatan merancang dan menciptakan suatu barang buatan, sedang menggunakan adalah melakukan suatu kegiatan sesuai dengan fungsi suatu barang buatan yang telah dibuat.
2.      Teknologi sebagai Barang Buatan
Pengertian teknologi yang tertua,  sangat sederhana, dan yang paling umum dikenal orang ialah barang buatan manusia. Barang buatan itu biasanya dilawankan dengan benda alam. Misalnya sebatang kayu dari pohon yang tumbang adalah suatu benda alam. Kalau kemudian batang kayu dari pohon itu dipotong, dipahat, dibentuk, dan dilakukan penggarapan lainnya oleh manusia sehingga menjadi sebuah perahu yang digunakan untuk menyeberangi sungai, maka batang kayu itu berubah menjadi barang buatan yang disebut teknologi.
3.      Teknologi sebagai Kumpulan Pengetahuaan
Pengetahuan dipelajari manusia, baik dari pengalaman sendiri maupun dari sumber lain, untuk dapat melakukan kegiatan yang merupakan teknologi. Pengertian teknologi sebagai kumpulan pengetahuan, melengkapi pengertian teknologi sebagai barang buatan dan sebagai kegiatan manusia yang efisien dan bertujuan.
BAB III. KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa :
1.  Manajemen adalah kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh sesuatu hasil dalam rangka  pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain
2.  Ruang lingkup manajemen terdiri atas: perencanaan produksi pertanian, pemilihan komuditas pertanian , pemilihan lokasi produksi pertanian dan penempatan fasilitas , skala usaha pertaniaan , perencanaan proses produksi pertanian , biaya produksi pertaniaan , penjadwalan proses pertanian, perencanaan pola produksi pertanian.
  3.  Teknologi adalah penerapan pengetahuan teoritis pada masalah-masalah praktis. Teknologi   mencakup kegiatan produksi, pemakaian dan pemeliharaan piranti kehidupan.

 











DAFTAR PUSTAKA
          Mei 2013


Reksohadiprodjo. 1989. Manajemen Pengolahan Pada Perusahaan Perkebunan.
              LPP. Yogyakarta
Soemadi. 1996. Pengelolaan Perkebunan. BPPT. Bogor
Tim Bina Karya Tani. 2009. Pedoman Bertanam Kelapa Sawit. Yrama Widya.  
       Bandung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar