PAPER MANAJEMEN PERKEBUNAN
“ Teknologi Dalam Manajemen Perkebunan Pada Lahan
Pertanian ”
Dosen : Ir.Roberth Siahaan,MSi
Oleh :
Christopher
Andriano Sipahutar
11042004

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
KATOLIK SANTO THOMAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013
BAB I. PENDAHULUAN
Pada
awal abad 21 tuntutan konsumen dalam menkonsumsi pangan yang dibeli meningkat
pada : keamanan, nilai gizi, cita rasa , dan ketersediaa. Konsumen semakin
senang berbelanja di suoermarket yang mempunyai jaminan keamanan pangan yang lebih
tinggi dibandingkan pasar tradisional. Produk olahan yang berkualitas juga
mulai mudah didapatkan, dan konsumen cenderung beralih dari bahan yang awalnya
harus diproses pengolahannya dalam waktu lama menjadi lebih cepat dengan adanya
produk olahan yang instan .
Produk-produk
olahan dalam negeri sering kalah kualitasnya dengan produk olahan luar negeri
(import). Adanya rantai yang panjang dari produsen ke konsumen yang bayak
berbelanja di supermarket, maka keuntungan yang diterima petani kurang dari 30
% dari harga di tingkat konsumen. Pasar modern (hypermarket, supermarket,
minimarket) mempunyai laju perkembangan yang sangat tinggi di Indonesia.
Masyarakat Indonesia cenderung senang berbelanja ke pasar, rata-rata kunjungan
ke pasar per bulan paling tinggi jika dibandingkan negara lain.
Pertanian
merupakan bidang yang sangat penting untuk menunjang kehidupan umat manusia.
Perkembangan pertanian diawali dari perubahan sosial yang terjadi di masyarakat
prasejarah, yaitu perubahan dari budaya food gathering (berburu dan
meramu) menjadi food producing (bercocok tanam). Sejak periode bercocok
tanam tersebut, bidang pertanian selalu mengalami perkembangan sesuai dengan
tuntutan zaman. Bahkan sejak revolusi industri di Inggris akhir abad ke-18,
industri pertanian, termasuk juga industri pengolahan hasil pertanian dan
industri pangan, berkembang dengan pesat.
BAB II. ISI
A). Pengertian Manajemen
Manajemen adalah kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh sesuatu hasil
dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain
1). Teori Manajemen
Fayol menyatakan bahwa manajemen
mempunyai 5 fungsi :
a. Perencanaan (Planning),
b. Pengorganisasian (Organizing),
c. Pemberian komando (Commanding),
d. Pengkoordinasian (Coordinating,
e. Pengawasan (Controlling).
B). Manajemen Produksi Dalam Usaha Produksi Pertanian
Usaha
produksi pertanian,produksi primer,sangat variatif dan sangat tergantung kepada jenis komoditas yang
diusahakan. Namun,pada intinya manajemen produksi pertanian
mencapai kegiatan perencanaan,pengawasan,evaluasi dan pengendalian. Ruang
lingkup manajemen produksi pertanian tersebut diuraikan dibawah ini.
1). Perencanaan produksi pertanian
Perencanaan
merupakan suatu upaya penyusunan program,baik programyangsifatnya umum maupun
yang spesifik,baik jangka pendek maupun jangkapanjang.suatu usaha produksi yang
baru memerlukan perncanaan yang bersifat umum atau yang sering disebut sebagai pra-perencanaan. Faktor-faktor yang sangat penting
dan harus diputuskan dalam pra-perencanaan ,khususnya subsistem produksi primer/usah tani,adalah
pemilihan lokasi produksi dan pertimbangan fasilitas,serta sekala
usaha.setelah ketiga hal tersebut diputuskan,maka dibuat rencana yang
lebihspesifik menyangkut kebutuhan input-input serta perlengkapan produksi.
1. Pemilihan komoditas pertanian
Pemilihan
komoditas yang akan di usahakan memegang peranan penting dalam keberhasilan
usaha produksi pertanian.komoditas yang bernilai ekonomis tinggi
akan menjadi prioritas utama, tetapi perlu di pertimbangakan
hal-hal yang berhubungan dengan pemasaranya, sebab,mungkin terjadi komoditas ekonomis dalam produksi, tetapi
tidak tetap untuk daerah produksi dan wilayah pemasaran yang akan dituju. Komoditas yang telah dipilih
selanjutnya ditetapkan jenisnya/varietasnya sesuai dengan kondisi topografi dan iklim
lokasi yang direncanakan.
2. Pemilihan lokasi produksi pertanian dan penempatan fasilitas
Untuk
usaha agribisnis bersekala kecil mungkin pemilihan lokasi produksi tidak
menjadi suatu prioritas ,karena umumnya produksi di lakukan di daerah domisili
para petani. Namun, usaha yang bersekala menengah keatas, seperti perusahaan
perkebunan, perternakan, perikanan, dan dikelola oleh perusahaan dengan modal investasi yang berjumlah besar, maka pemiliihan lokasi tersebut akan besar
pengaruhnya bagi keberhasilan dan kesinambungan usaha.
Beberapa hal yang menjadi
pertimbangan dalam pemilihan lokasi adalah ketersediaan tenaga kerja, ketersediaan
prasarana dan sarana fisik penunjang, lokasi pemasaran, dan ketersediaan
intensif wilayah. Tingkat upah regional dan peraturan-peraturan
ketenagakerjaan didaerah tersebut juga harus menjadi pertimbangan.
Tingkat
upah regional sangat berpengaruh kepada biaya tenaga kerja yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Peraturan- peraturan ketenagakerjaan
juga berpengaruh kepada kewajiban-kewajiban perusahaan dalam kaitanya dengan pemanfaatan
tenaga kerja. Ketersediaan saran dan prasarana fisik penujang,seperti
transportasi dan perhubungan, komunikasi, penerangan, serta pengairan/sumber air,sangat penting untuk menjadi
pertimbangan dalam keputusan lokasi produksi.sifat-sifat dan
karakteristik produk-produk pertanian dan perlengkapan, input-input dan
sarana produksinya yang kamba (voluinous) menyebabkan ketersediaan sarana dan
prasarana fisik tersebut menjadi sangat penting untuk dipertimbangkan. Produk pertanian yang umumnya
tidak tahan lama memerlukan penanganan dan pengangkutan yang cepat menuju
ke lokasi konsumen. Begitu juga keberadaan alat komunikasi akan menjadi penting
untuk transfer informasi dari lokasi produksi ke lokasi pasar atau sebaliknya.
Pertimbangan
lainya adalah lokasi pemasaran. Sebaiknya lokasi produksi dekat dengan lokasi pemasaran, terutama
untuk komoditas-komoditas yang tidak tahan lama, seperti produk holtikultura. Walaupun demikian pada era kemajuan teknologi seperti sekarang ini, jarak antara lokasi produksi dan
lokasi pasar tidak menjadi prioritas karena dengan teknologi daya tahan
produk dapat diperpanjang dan jarak relatif dapat diperpendek
dengan alat-alat pengangkutan yang cepat.
Selanjutnya, intensif
wilayah juga merupakan faktor pertimbangan dalam menetapkan keputusan lokasi
produksi. Intensif
wilayah sangat terkait dengan kebijakan pemerintah daerah yang terkait, baik secara langsung maupun
tidak langsung, dengan operasi produksi tersebut. Kebijakan pajak, kebijakan
dan peraturan tenaga kerja, kebijakan Investasi, budaya
pelayanan publik (demokrasi), dan lain-lain merupkan intensif wilayah yang mempunyai daya tarik bagi
investor untuk berusaha di daerah tersebut.
3. Skala usaha Pertanian
`Skala usaha pertanian sangat terkait
dengan ketersediaan input dan pasar. Skala usaha hendaknya diperhitungkan dengan matang sehingga
produksi yang dihasilkan tidak mengalami kelebihan pasokan atau kelebihan permintaan. Begitu juga ketersediaan input, seperti modal,
kerja, bibit, peralatan, serta fasilitas produksi dan operasi
lainya harus diperhitungkan.
Skala
usaha yang besar, secara teoretis, akan dapat menghasilkan economics of scale yang
tinggi. Namun, kenyataan dilapangan seringkali skala besar menjadi tidak
ekonomis yang disebabkan oleh karakteristik produk dan produksi komoditas
pertanian yang khas. Oleh karena itu,dalam merencanakan usaha produksi pertanian ,maka
keputusan mengenai skala usaha menjadi sangat penting. Karakteristik produk dan produksi
komoditas pertanian juga menyebabkan skala usaha kecil kebanyakan dapat mencapai skala ekonomis.
Pada umumnya, tanaman holtikultura dapat
diusahakan dalam skala yang kecil dengan tingkat efisiensi yang cukup tinggi. Akan
tetapi, komoditas perkebunan, seperti kelapa sawit ,teh, kina, karet, tebu, danlain-lain, akan
sangat tidak efisien jika diusahakan dalam skala kecil pada komoditas
tersebut, maka dibentuk pola-pola kemitraan ,seperti perkebunan
inti rakyat(PIR).
4. Perencanaan Proses Produksi Pertanian
Setelah
menetapkan
jenis dan varietas komoditas yang akan diusahakan. Lokasi produksi dan penempatan fasilitas, serta
skala usaha yang akan di jalankan, maka mulai merencanakan proses produksi. Khusus
dalam pembukaan usaha baru diperlukan perencanaan pengadaan fasilitas
dirampungkan, maka dilanjutkan dengan perencanaan proses produksi adalah biaya produksi, penjadwalan
proses produksi, dan sumber-sumber input dan sistem pengadaanya.
5. Biaya produksi pertanian
Perencanaan
biaya produksi sangat terkait dengan kemampuan pembiayaan dengan kemampuan pembiayaan yang
dimiliki oleh perusahaan, baik bersumber dari modal sendiri maupun dari sumber
luar, seperti modal ventura, pembiayaaan melalui kredit, penjualan saham , dan
sumber-sumbe rpembiayaan lainya. Perencanaan biaya tersebut juga terkait dengan skala
usaha yang optimal dan ekonomis untuk menghasilkan pendapatan usaha
yang layak.
6. Penjadwalan Proses Pertanian
Penjadwalan
proses produksi dibuat mulai dari pembukaan lahan sampai kepada pemanenan dan penanganan
pasca panen, terutama untuk komoditas yang memiliki gestation period yang
relatif pendek, seperti tanaman holtikultura. Namun, komoditas yang gestation perod nya relatif
panjang, seperti tanaman perkebunan, biasanya penjadwalan secara rinci dilakukan secara
bertahap, walaupun tetap ada perencanaan jangka panjang yang menyeluruh.
Penjadwalan
tanaman holtikultura yang berumur pendek memegang peranan penting
sehubungan dengan fluktuasi harga dan permintaan dalam setahun. Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam melakukan penjadwalan adalah jenis komoditas, kecenderungan
permintaan dan fluktuasi harga, gestation period, pola produksi,pembiyaan, dan
lain-lain
7. Perencanaan Pola Produksi pertanian
Perencanaan
pola produksi memegang perenan penting dalam penjadwalan, perencanaan tenaga kerja dan input, pembiayaan, proses
produksi dan operasi, penanganan pasca panen, serta sistem distribusi dan
pemasaran, terutama untuk tanaman holtikultura yang memerlukan penanganan cepat.
Pola
produksi dapat dibagi kedalam beberapa bentuk, antara lain berdasarkan:
- Jumlah komoditas yaitu
komoditas tunggal, komoditas ganda, dan multikomoditas.
- Sistem produksi,yaitu
pergiliran tanaman dan produksi massa.
8). Perencanaan dan sistem pengadaan input-input dan sarana produksi pertanian
Perencanaan
input-input dan sarana produksi mencakup kegiatan mengidentifikasi input-input dan sarana produksi yang
dibutuhkan, baik dari segi jenis, jumlah, mutu ataupun spesifikasinya. Secara umum, input-input dalam manajemen adalah
bibit ,pupuk ,obat-obatan, tenaga kerja, dan
modal. Dilain pihak, sarana dan prasarana produksi adalah areal
tempat produksi, perlengkapan dan peralatan serta bangunan-bangunan pendukung dan teknologi.
Setelah
input-input serta sarana dan prasrana produksi di indentifikasi dan dispesifikasi,maka
disusun rencana dan sistem pengadaanya. Dua hal mendasar yang
perlu menjadi titik perhatian dalam memilih sistem pengadaan adalah membuat sendiri
atau membeli. Misalnya,dalam hal pengadaan bibit, apakah memproduksi bibit sendiri
ataukah membeli dari sumber-sumber lain. Keputusan memproduksi sendiri atau
membeli sangat tergantung pada biaya imbangan antara kedua alternatif tersebut.
C). Manajemen Produksi Dalam
Usaha Pengolahan Hasil Pertanian
Manajemen
produksi dalam usaha pengelolahan hasil pertanian (agroindustri) juga
memerlukan penanganan yang lebih
serius karena sangat tergantung pada ketersediaan masukan, terutama bahan baku, dan juga ketersediaan masukan,
terutamabahan baku, dan juga ketersediaan pasar
- Perencanaan Agroindustri
Perencanaan
agroindustri dimulai dengan penentuan jenis usaha agroindustri apa
yang akan dibuka, setelah itu, dilakukan evaluasi dan penilaian
2.
Pemilihan Teknologi
Dalam pemilihan teknologi terdapat beberapa hal yang perlu dinilai dan dievaluasi, seperti kesesuain
teknologi yang digunakan untuk menghasilkan produk dengan kebutuhan pasar produk proses pengadaan (ketersediaan barangnya, sukucadanganya, biaya pengadaan,
dan lain-lain), biaya sosial (lingkungan), kapasitas penggunaan, kemampuan sumber daya
manusia dalam pengelolaan dan pengoprasian, fleksibilitas dalam proses, ketersediaan
energi, dan lain-lain.
Pemilihan
lokasi pabrik atau industri pengolahan perlu mempertimbangkan ketersediaan
bahan baku, lokasi dan sumber bahan baku, lokasi pemasaran, sarana dan prasarana
fisik (transportasi, distribusi, komunikasi dan energi) ketersediaan tenga kerja, areal
pengembangan, dan lain-lain.
Pemilihan
lokasi yang tidak tepat akan menyebabkan
pemborosan-pemborsan, seperti biaya pengangkutan dan komunikasi, investasi sarana dan prasarana umum,
dan lain-lain. Dengan demikian biaya per unit produksi sangat besar sehingga daya
saing produknya kurang.
Fasilitas
Persediaan dan Masukan
Perencanaan
fasilitas persediaan dan masukan perlu mempertimbangkan fasilitas pergudangan, pengankutan, dan aspek finansialnya (terutama jika harus menggunakan gudang sewaan dan
lain-lain ). Untuk hal ini perlu diperhatikan fasilitas persediaan
bahan baku utama yang memerlukan tempat yang besar dengan perlakuan-perlakuan
khusus untuk menjamin tingginya mutu bahan baku tersebut.
Pengertian
Teknologi Pertanian
Teknologi
berasal dari istilah teckne yang berarti seni (art ) atau
keterampilan(skill). Menurut Dictionary of Science, teknologi adalah penerapan pengetahuan teoritis
pada masalah-masalah praktis. Teknologi mencakup kegiatan produksi, pemakaian dan
pemeliharaan piranti kehidupan. Namun, setelah terjadi proses industrialisasi
pada abad 18, pengertian teknologi mengalami perubahan yang pokoknya
bertitik tolak dari pengertian penerapan ilmu bagi kesejahteraan hidup.
Teknologi
dapat didefinisikan sebagai metode atau teknik untuk mengkonversi input ke
output dalam menyelesaikan tugas tertentu. Jadi, ‘metode’ dan ‘teknik’ merujuk
tidak hanya untuk pengetahuan tetapi juga keterampilan dan sarana untuk
menyelesaikan tugas. Inovasi teknologi, maka, mengacu pada peningkatan
pengetahuan, peningkatan keterampilan, atau penemuan alat baru atau yang
ditingkatkan yang meluas kemampuan orang untuk mencapai tugas yang diberikan.
Teknologi dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
- Teknologi sebagai alat
- Teknologi sebagai teknik
- Teknlogi sebagai budaya baru
A). Kegunaan Teknologi Pertanian Bagi Kehidupan
1.
Teknologi sebagai Kegiatan Manusia
Kegiatan
manusia yang termasuk pengertian teknologi, pada pokoknya dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu
membuat dan menggunakan. Membuat adalah kegiatan merancang dan menciptakan
suatu barang buatan, sedang menggunakan adalah melakukan suatu kegiatan
sesuai dengan fungsi suatu barang buatan yang telah dibuat.
2.
Teknologi sebagai Barang Buatan
Pengertian
teknologi yang tertua, sangat sederhana, dan
yang paling umum dikenal orang ialah barang buatan manusia. Barang buatan itu
biasanya dilawankan dengan benda alam. Misalnya sebatang kayu dari
pohon yang tumbang adalah suatu benda alam. Kalau kemudian batang kayu
dari pohon itu dipotong, dipahat, dibentuk, dan dilakukan penggarapan
lainnya oleh manusia sehingga menjadi sebuah perahu yang digunakan untuk
menyeberangi sungai, maka batang kayu itu berubah menjadi barang buatan yang
disebut teknologi.
3.
Teknologi sebagai Kumpulan Pengetahuaan
Pengetahuan
dipelajari manusia, baik dari pengalaman sendiri maupun dari sumber
lain, untuk dapat melakukan kegiatan yang merupakan teknologi. Pengertian
teknologi sebagai kumpulan pengetahuan, melengkapi pengertian teknologi
sebagai barang buatan dan sebagai kegiatan manusia yang efisien
dan bertujuan.
BAB III. KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa :
1. Manajemen adalah kemampuan atau keterampilan
untuk memperoleh sesuatu hasil dalam rangka pencapaian
tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain
2. Ruang lingkup manajemen terdiri atas: perencanaan
produksi pertanian, pemilihan komuditas pertanian , pemilihan lokasi produksi
pertanian dan penempatan fasilitas , skala usaha pertaniaan , perencanaan
proses produksi pertanian , biaya produksi pertaniaan , penjadwalan proses
pertanian, perencanaan pola produksi pertanian.
3. Teknologi adalah penerapan pengetahuan teoritis
pada masalah-masalah praktis. Teknologi mencakup
kegiatan produksi, pemakaian dan pemeliharaan piranti kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA
http://hendrasagio.blogspot.com/2010/10/blog-post.html. Diakses pada tanggal 20
Mei 2013
Reksohadiprodjo. 1989. Manajemen Pengolahan Pada Perusahaan Perkebunan.
LPP.
Yogyakarta
Soemadi. 1996. Pengelolaan
Perkebunan. BPPT. Bogor
Tim
Bina Karya Tani. 2009. Pedoman Bertanam Kelapa Sawit. Yrama Widya.
Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar